Menyesuaikan Pemadam Dengan Jenis Kebakaran (Bagian 3)
29 August 2014
Memadamkan api bukanlah hal yang sebenarnya sulit dilakukan. Semenjak kita berada di sekolah dasar, kita telah diajari bahwa api yang tidak terkendali bisa saja membahayakan manusia dan merusak beragam benda dan memberikan dampak yang sangat besar. Beberapa mata pelajaran bahkan memberikan informasi berupa tata cara memadamkan api yang benar, baik itu dengan menyiramnya dengan air, menutupnya dengan karung basah, atau bahkan dengan mengubur benda yang sedang terbakar dengan pasir.
Berbagai cara tersebut dapat dilakukan jika api sudah mulai tidak terkendali meskipun secara skala masih tergolong kecil. Namun, bagaimana jika api kemudian lebih membesar? Disinilah asal mula semakin banyak orang yang kemudian mempersiapkan pemadam api portabel. Pemadam api jenis ini memang memiliki efektifitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemadam cara manual seperti yang telah disebutkan di atas, namun, seiring dengan semakin beragamnya bahan barang-barang yang digunakan oleh manusia, maka kita pun harus semakin berhati-hati dalam memilih pemadam mana yang cocok untuk memadamkan api yang membakar benda-benda tertentu.
Beberapa tempat yang banyak memakai bahan kimia berbahaya ataupun benda-benda elektronik terkadang tidak dapat menerima siraman air saat terjadi kebakaran. Hal ini karena air disini justru bisa memicu kebakaran menjadi lebih hebat lagi. Untuk tempat dimana kita dapat menemukan barang-barang elektronik, pemadam dengan bahan karbondioksida atau CO2 akan sangat ideal untuk dipergunakan saat terjadi kebakaran. Karbon dioksida dapat menutup oksigen sehingga api pun akan kehabisan bahan bakar. Jenis kebakaran kelas B yang berupa zat cair pun dapat dipadamkan dengan jenis pemadam ini, namun, dalam beberapa kasus, api bisa saja tidak kunjung padam dan masih berkobar karena area kebakaran tidak terisolasi sempurna.