4 February 2014
Kebanyakan dari pelumas yang beredar di pasaran adalah pelumas yang memiliki bahan dasar minyak mentah atau minyak bumi. Dari minyak mentah hasil kilangan tersebut, maka kita dapat menemukan bahan minyak berupa base oil. Base oil inilah yang kemudian menjadi bahan dasar dari pembuatan pelumas ini. Namun, base oil untuk pelumas ini sendiri baru bisa didapatkan dari minyak mentah dengan jenis parafinik yang ternyata memiliki jumlah yang terbatas di bumi.
Untuk mengakali keterbatasan ini, maka produksi dari pelumas inipun mengadopsi suatu teknologi tersendiri yang memberikan campuran sejenis aditif kepada base oil. Aditif sendiri dapat dianggap sebagai sejenis senyawa kimia yang akrab disebut sebagai chemical compound yang dibentuk dengan formula tersendiri. Dengan menambahkan additive ke base oil, maka pelumas pun dapat diproduksi sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Namun, komposisi normal dari campuran kedua bahan tersebut biasanya berkisar antara base oil sebesar 80 persen dan untuk komposisi aditif adalah sebesar 20 hingga 30 persen.
Komponen aditif ini memberikan nilai tambah bagi pelumas yang dibentuk oleh base oil, dimana aditif akan membuat pelumas semakin baik dalam melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak sebagaimana fungsi utama dari sistem pelumasan. Dengan komposisi zat aditif yang tepat, komponen aditif akan memberikan perlindungan utama dengan cara membersihkan bagian mesin yang dilumasi, mengurangi gesekan yang dapat merusak komponen yang bergerak sekaligus mengurangi keausan pada komponen-komponen tersebut, atau bahkan mencegah adanya karat yang dapat menyerang kapan saja. Indeks kekentalan pelumas pun dapat meningkat saat suhu kerja cukup rendah, sehingga pelumas dapat tetap mengalir dan sebaliknya, pelumas akan tidak mudah encer meskipun suhu kerja cukup tinggi.
Sumber: orangstrezz.wordpress.com