TRAINING LEADERSHIP

TRAINING LEADERSHIP

21 September 2011

Leadership .. Banyak artikel membahas tentangnya, banyak teori memformulasikannya, banyak seminar membicarakannya, namun kenyataannya banyak yang (masih) mempertanyakan eksistensinya. Berangkat dari ke’tergelitikan’ ini, Libratama Group (sengaja) mengundang para leader di level middle management pada 31 Mei – 1 Juni 2011 di Salib Putih, Kopeng, Salatiga, Jateng untuk belajar bersama tentang (aplikasi) leadership. Di Salib Putih, Libratama Group menyajikan menu training yang wajib harus disantap oleh peserta training yaitu :

COACH
Proses pengarahan yang dilakukan atasan / senior untuk melatih dan memberikan orientasi kepada bawahanya tentang realitas di tempat kerja dan membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi kerja yang optimal. Coach merupakan suatu sikap atau perilaku dan pola pikir. Perilaku dan pola pikir ini harus melandasi setiap situasi dan proses yang menyangkut kerja sama team, konseling, mentoring dan pelatihan.

Manfaat Coach adalah :

1. Meningkatkan TC ke DC

Istilah ini meminjam literatur kompetensi. Di sana dikatakan bahwa TC (thereshold competency) adalah kompetensi dasar yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya tetapi kompetensi ini belum bisa dibilang sebagai keunggulan. Jika seorang sekretaris baru bisa menyalin surat ke komputer, jika seorang operator hanya bisa mengangkat telepon, jika seorang sales baru bisa mengetahui produk dan menelpon orang atau mengirim faksimile penjualan, ini semua adalah TC. Memang itu tugas dasarnya.

Sedangkan DC adalah Differentiating Competencies (DC). DC adalah karakteristik yang dimiliki oleh orang-orang yang berkinerja tinggi (high performer) dan yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang berkinerja rendah (low) atau kurang (poor). Kita bisa ambil contoh misalnya seorang sales yang sudah menguasai keahlian-keahlian yang dibutuhkan untuk memelihara pelanggan yang menghasilkan hubungan kausalitas dengan penjualan. Sales seperti ini bisa dikatakan orang yang berkinerja tinggi dengan kompetensi yang dimiliki. Persoalan yang dihadapi adalah, bagaimana meningkatkan TC seseorang menjadi DC? Konon, 98 % dari usaha untuk membangun kompetensi terjadi melalui pekerjaan yang dilakukan.

2. Jalan menemukan 3R

Meski semboyannya 80M itu aset, tetapi prakteknya tidak seluruhnya begitu. Banyak SDM yang belum menjadi aset. Kata orang-orang 80M: “Hanya SDM yang bagus yang menjadi aset usaha”. Bagus ini apa penjelasannya? Penjelasan yang umum bisa kita singkat dengan 3 R: right people, right job and right performance.

Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana menemukan 3R ini? Tentu kita sadar bahwa 3R ini bukan sebuah hasil yang final (one-off). Amat sangat jarang kita bisa langsung menemukan orang yang tepat untuk ditempatkan di pekerjaan yang tepat agar bisa mencapai performansi yang tepat (tinggi). Yang sering terjadi, 3R ini ini dicapai melalui proses. Jangan kan karyawan, presiden atau menteri atau pejabat negara yang sudah diseleksi sedemikian rupa pun tidak bisa langsung mencapai 3R ini. Bahkan waktu seratus hari pun dikatakan belum valid untuk menilai kinerja presiden dan menterinya. Karena itu, coaching bisa menjadi salah satu jalan untuk menemukan 3R. Kalau pun 3R ini belum bisa diwujudkan ke tingkat yang ideal, tapi setidak-tidaknya coaching yang kita lakukan akan memperluas wilayah “interkoneksi” antara ‘workforce requirement’ dan ‘workforce capabilities’. Kalau pekerjaan yang ada menuntut orang yang punya skill berskala 7, sementara skill orang-orang yang ada hanya sampai pad a skala 5, ini tentu wilayah interkoneksinya belum nyambung. 8upaya nyambung, harus dinaikkan.

3. Jalan menemukan pemimpin dari dalam

Dulu, praktek bajak-membajak tenaga ahli pernah menjadi isu besar di beberapa media massa. 8ekarang pun praktek semacam ini masih kerap dilakukan meski sudah jarang dijadikan berita. Adakah sesuatu yang salah dengan praktek bajak-membajak ini? Secara konsep memang tidak. Cuma dalam prakteknya, tidak semua orang yang kita bajak itu
menjadi “berkah”. Ada yang malah menjadi beban. Artinya, meski konsep ini bisa jadi benar di teorinya tetapi untuk mempraktekkannya butuh konteks yang tepat dan alasan yang spesifik.

Kalau melihat hasil studi yang dilakukan Jim Collin, rupanya praktek bajak-membajak ini kurang digemari oleh para pemimpin usaha yang sudah sanggup menggerakkan usahanya dari good ke great. Mereka rupanya punya tradisi untuk mengembangkan seorang pemimpin (senior atau tenaga ahli) dari dalam. Dipikir-pikir, ini memang rasional. Orang dalam yang dikembangkan, akan memiliki pengetahuan tentang keadaan secara lebih mendalam ketimbang tenaga baru yang dibajak. Nah, kalau melihat ke sini, coaching bisa dijadikan instrumen atau jalan untuk melahirkan seorang pemimpin dari dalam. Dilihat dari efektivitas dan efisiensinya, cara ini mungkin lebih menjamin ketimbang membajak tenaga baru yang masih “abu-abu”. Kalau pun orang yang di coaching itu tidak menjadi pemimpin di tempat kita, tetapi setidaktidaknya kerjanya sudah lebih bagus.

Meski sedemikian rupa coaching itu pad a hakekatnya dibutuhkan, tetapi prakteknya masih belum banyak yang melakukan. Beberapa hal yang kerap menghambat terlaksananya kegiatan ini, misalnya:

1. Budaya menghakimi / memarahi
Langsung memarahi bawahan saat melakukan kesalahan. Marah terkadang tidak bisa dihindari tetapi yang kerap yang dilupakan adalah apa yang dilakukan setelah marah. Kalau yang dilakukan membenci atau menjauhi, tentu akan berbeda efeknya dengan ketika yang dilakukan setelah itu adalah mendekati dan meng-coach-nya.

2.Budaya membiarkan
Membiarkan anak buah bekerja sendiri-sendiri karena leader malas atau tidak peduli dengan skill mereka. Membiarkan seperti ini tentu berbeda dengan membiarkan yang punya pengertian memberi kesempatan untuk mandiri dalam menerapkan pengetahuan.

3.Budaya mengerjakan sendiri
Menangani sebagian besar pekerjaan dan enggan untuk mendelegasikannya kepada yang lain karena kurang percaya.

4.Budaya mengharapkan hasil yang instan
Mengharapkan hasil yang instan dari apa yang diinstruksikan pada mereka.

5.Budaya arogansi birokrasi
Menjaga jarak dengan anak buah untuk melindungi gengsi atau enggan turun ke bawah. Umumnya, semakin tinggi jabatan atau posisi, justru semakin jauh dari realitas yang bersentuhan langsung dengan manusia dan masalahnya di bawah.

KNOWING YOUR TEAM

Merupakan menu awal yang diberikan pada setiap peserta untuk menginstrospeksi diri, sejauh mana peserta sebagai leader mengenal karakter dan pola kerja serta memahami pribadi anak buahnya sebagai anggota dari teamnya. Disisi lain Leader harus bisa berperan sebagai a role model, sebagai seseeorang yang berkepribadian baik yang dapat memberikan contoh positif bagi orang lain, semangat dalam melakukan segala sesuatu, berani membuat suatu keputusan yang benar meski tidak populer dan tidak mudah putus asa ketika menemui kegagalan diharapkan mampu memberi teladan yang positif bagi anak buahnya.

Pada dasarnya, followers (anak buah) akan mengimitasi setiap sikap dan perilaku atasannya dan atasan adalah panutan bagi bawahan. Dengan memahami anak buah, diharapkan leader akan semakin menyadari bahwa setiap anak buahnya adalah ‘unik’ dan berbeda antara satu dengan yang lainnya, Keunikan ini menjadi alas bahwa transfer knowledge dan budaya organisasi dalam proses pembelajaran dari atasan ke anak buah membutuhkan waktu yang berbeda tergantung dari daya tangkap anak buah sehingga atasan harus bisa memahami dan mendampingi anak buahnya dalam proses transfer knowledge dan budaya organisasi tersebut.

KNOWING THE PROCESS

Aturan-aturan serta proses-proses baik internal divisi / departemen ataupun eksternal di lingkungan pelanggan , perlu dipahami dan dipelajari dengan seksama oleh setiap leader, agar dalam proses pembelajaran bersama anak buah tidak terjadi penyalahgunaan / penyimpangan aturan.

SET THE GOAL

Setiap proses coach yang dilakukan oleh leader, harus mempunyai target / tujuan yang jelas. Leader harus bisa menggiring, mengarahkan followernya untuk bisa mencapai target / tujuan yang sudah ditetapkan dan disepakati. Syarat mutlak di awal adalah follower harus dipastikan bahwa dia paham akan target / tujuan dari teamnya.

PLANNING & ORGANIZING

Mencapai target / tujuan harus smart dalam memilih taktik, straregi dan jeli dalam melihat waktu (timing) untuk menjalankan taktik. Planning dan organizing merupakan penerapan dari program-program atas target jangka pendek. Proses leading dibutuhkan untuk mengawal agar di perjalanan (proses) tidak menyimpang dari target / tujuan besar yang ditetapkan dan evaluasi wajib dilakukan untuk mengintroseksi setiap permasalahan yang dihadapi.

TRUST

Membangun kepercayaan diri dan kepercayaan pada orang lain, dan memberikan pelayanan prima pada setiap anggota team dan antar team. Dan dengan dasar trust, proses pembimbingan (coach) dari leader pada followernya akan berjalan mulus dan mengena. Dengan tumbuhnya Trust, team akan tumbuh solid dan berkembang baik.

EEFECTIVE COMMUNICATION

Komunikasi adalah jembatan penghubung antar setiap anggota team. Permasalahan atau konflik apapun pasti diawali dari komunikasi. Guna mengeliminir permasalahan dan konflik dalam team, hambatan-hambatan dalam komunikasi perlu dikenal dan komunikasi efektif sangat dibutuhkan. komunikasi efektif terwujud bila ada kesamaan persepsi antara penerima pesan dan pemberi pesan.

PROBLEM SOLVING – CREATIVE THINKING-ANALYSIS

Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Problem solving menuntut kemampuan berpikir yang kreatif, dinamis serta kemampuan anal isis yang cermat agar suatu permasalahan diselesaikan dengan baik dan memuaskan semua pihak.

DARE TO TAKE DECISIONS

Product dari leader adalah pembuatan keputusan. Sering dijumpai seorang leader takut, raguragu dalam membuat keputusan sehingga berdampak kurang nyaman bagi teamnya seperti anak buah serasa ‘digantung’ karena tidak ada penyelesaian atas permasalahan yang dihadapi dan di mata atasan dari leader, leader dianggap kurang cakap karena ‘melemparkan’ permasalahan leader pada atasan dari leader ini. Pengambilan Keputusan adalah penting untuk semua
bidang kehidupan. Mencapai keputusan membawa kesimpulan, memungkinkan perubahan dan membantu situasi bergerak maju. Namun bisa menjadi tugas yang sulit. Keputusan seringkali memiliki hubungan emosional yang kuat, atau hasil memiliki efek pad a kebutuhan dan keinginan individu tertentu. Melalui materi ini diharapkan setiap peserta mampu melihat permasalahan yang di hadapi secara jernih, mengidentifikakan masalah secara specific, mengembangkan alternative pemecahan masalah secara smart dan kreatif ,memutuskan cara penyelesaian masalah secara tepat dan membuat keputusan yang benar dan tepat guna, berani menganalisis dan mengambil resiko atas permasalahan yang akan timbul dalam implementasi keputusan dan cara mengatasinya.

THE NEXT PROCESS IS OUR CUSTOMER

Sebagai suatu bag ian dari sebuah organisasi, setiap bag ian / divisi / departemen selalu saling berhubungan. Proses di next process masih merupakan tanggung jawab kita,sehingga bila ingin memperlakukan the next process adalah pelanggan kita, maka tuntaskanlah pekerjaan dengan baik dan cermat agar the next process juga mudah melanjutkan proses pekerjaannya, dukung pula dengan kecepatan kerja, fokus pada pekerjaan, sensitivitas terhadap orang lain, memahami saling ketergantungan antar sesama anggota kelompok.

SERVICE EXCELLENT

Pelayanan prima merupakan proses membantu orang lain dengan cara-cara tertentu dimana sensitivitas dan kemampuan interpersonal dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas yang ditentukan oleh keakraban, kehangatan, penghargaan, kedermawanan, dan kejujuran.

SYNERGETIC TEAMWORK

Perpaduan yang harmonis dengan mengkomposisikan seluruh kekuatan / kelebihan yang dimiliki setiap anak buah melalui penyusunan perencanaan dan implementasi perencanaan, berpikir kreatif, Kerjasama, komunikasi terbuka dan efektif, pemecahan masalah, kemampuan menengahi perbedaan pendapat)dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki guna bersama-sama mencapai goat yang telah disepakati.

Sengaja training ini diolah dengan atmosfer ‘ser-san’ : serius nan santai melalui experiental learning yang dibungkus melalui games, movie, dan fun activities supaya setiap peserta mudah menyerap setiap inspirasi dan materi dengan keterlibatan langsung dalam suasana yang relaks.

So, Give the best for our team !!!




Comments are closed.